Pupuk Langka, Kohe Jadi Solusi

Inspirasi & Inovasi

Jawa Barat (Restorasi News Siber Indonesia/SMSI) – Soal limbah kotoran hewan (Kohe) yang kerap mencuat di kalangan masyarakat Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, jadi masalah yang cukup serius.

Namun belum lama ini, seorang konsultan pertanian, Sulistio Ipac, mencoba untuk memberikan tips cara pembuatan pupuk organik dengan bahan baku kotoran hewan (kohe) ternak, seperti sapi, kambing, dan ayam.

Melalui akun youtube pribadi miliknya berjudul Lodra Patra Ipac, Sulistio memaparkan tehnik komposing dengan bahan organik dan diyakini mampu meningkatkan kesuburan atau unsur tanah.

“Hari ini saya akan mencoba membuat kompos organik dengan bahan baku kohe kambing.dan kohe ayam dicampur dengan dedaunan. Yang saat ini dipersiapkan adalah daun bambu dan dengan formula dekomposternya atau formula pengurai yang dibuat sendiri,” jelas pria yang kerap disapa Tio ini, seperti dilaporkan mimbar-rakyat.co, grup siberindo.co, belum lama ini.

Tio melanjutkan, daun bambu kering memiliki banyak kandungan mineral, zat aktif, silica organic, klorofil, fosfat, kalium, dan polica sacarida.

“Kandungan mineral esensial seperti itu sangat bermanfaat untuk membedah struktur tanah dan nutrisi tanaman serta memperbaiki sifat fisik kimia dan biologis tanah,” tutunya.

Selanjutnya, daun bambu kering itu dicampur dengan kohe kemudian diaduk rata disemprot dengan cairan dekomposter bio hayati, yang juga dibuat secara mandiri.

“Jadi prinsipnya adalah memanfaatkan kearipan lokal. Setelah itu dipadatkan dan ditutup rapat dengan menggunakan terpal, tehnik ini disebut unaerob, dibiarkan selama 7 – 10 hari. Setelah itu dibongkar dan diurai agar apabila masih ada gas buang yang tersisa, bisa menguap terlebih dahulu seperti metan dan amoniak,” ujar pemuda yang kini telah membina 10 kelompok petani yang tersebar di Kabupaten Kuningan.

Baca Juga :  Cupang Halfmoon : Meski Diremehkan, Namun Miliki Keindahan Pada Selendang Siripnya

Kemudian, pupuk tersebut bisa langsung diaplikasikan ke dalam lahan pertanian. Menurutnya, cara ini sangat efektif untuk memperbaiki top soil tanah (lapisan tanah paling atas), sehingga mampu mengaktivasi bio reaktor di dalam tanah yang pada akhirnya menjadikan tanah sebagai pabrik hara bagi tanaman.

“Hindari penggunaan langsung kotoran hewan pada tanah, hal ini bisa menyebabkan tanaman keracunan gas buang, menyebabkan tumbuhnya jamur patogen dan bakteri gram negatif yang bisa menyebabkan pembusukan tanaman, juga perakaran,” pesannya.

Video yang berdurasi sekitar 9 menit itu, rupanya menjadi rekomendasi para petani Kuningan.

Salahsatunya Petani Muda Desa Cidahu Kecamatan Pasawahan, Akhdiat, merasa amat terbantu dengan adanya video itu.

“Ini bisa menjadi solusi petani dikala pupuk sedang sulit, karena kita bisa bikin sendiri,” ujarnya saat ditemui di areal pertaniannya.

Ahkdiat pun mengungkapkan hal itu bisa menjadi solusi yang mutakhir bagi para petani dan peternak.

“Ya tentunya ini juga bisa kolaborasi antara petani dan peternak,” pungkasnya. (mimbar-rakyat/siberindo/dien/arl/red)