Perspektif Brahmanik tentang Peristiwa Bubat

Khasanah & Ragam Budaya

JAKARTA (RNSI/SMSI) – Peristiwa Bubat medio 1357 M, melibatkan Kemaharajaan Majapahit era-Hayam Wuruk dan Gajah Mada melawan Kerajaan Sunda (Galuh) di bawah pemerintahan Prabu Linggabuana.

Peristiwa ini menyimpan banyak sejarah, mulai dari penyebab hingga dampaknya di kemudian hari.

Peristiwa Bubat disebutkan dalam Cerita Parahyangan, Serat Pararaton, Kidung Sunda, dan Kidung Sundayana.

Menariknya, Kitab Nagarakretagama yang dianggap sebagai sumber utama sejarah Majapahit, sama sekali tidak menyebutkan peristiwa ini.

Pertempuran ini terjadi di alun-alun Bubat, di bagian utara Trowulan, Desa Bubat diceritakan sebagai desa yang memiliki lapangan luas dan pernah dikunjungi Hayam Wuruk untuk melihat pertunjukan seni dan hiburan.

Nama Bubat bisa jadi berarti berasal dari kata “Butbat” yang berarti “Jalan yang Lega dan Lapang”.

Hingga kini lokasi desa Bubat sendiri tidak dapat dipastikan oleh para ilmuwan, dan masih terdapat berbagai versi mengenai letak desa Bubat yang benar.

Banyak pendapat dalam menjelaskan tentang Peristiwa Bubat.

Di balik peristiwa Bubat nan tragis telah banyak meninggalkan kisah cerita yang mengharukan, menyedihkan sedih berurai air mata.

Kisah ini hingga sekarang masih menarik untuk menjadi bahan perbincangan dan tetap melegenda di kalangan masyarakat Jawa dan Sunda.

Webinar membahas tentang “Perspektif Brahmanik tentang Peristiwa Bubat” bersama Ahli Filologi Senior, K.R.T. Manu J. Widyaseputra, MA, didampingi Abimarda Kurniawan sebagai pemandu, dan Dewi Afriani Lubis sebagai pewara.

Berlangsung pada Rabu, 19 Januari 2022, pukul 19.00 WIB. (red)

Baca Juga :  Merpati Kolongan Tetap Eksis di Tengah Gempuran Kicauan dan Cupang