Warga Kampung Tutubhada Jaga Makam Leluhur Jogo Sela dan Amerae

Khasanah & Ragam Budaya

NUSA TENGGARA TIMUR (RNSI/SMSI) – Kampung Tutubhada merupakan sebuah kampung adat yang berada di Desa Rendhu Tutubhada, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Letak kampung adat Tutubhada ini berada di sebelah barat daya dari pusat Pemerintahan Kabupaten Nagekeo, yakni Kota Mbay.

Jarak yang bisa ditempuh dari ibukota kabupaten sekitar 12,5 kilometer dengan memakan waktu tempuh perjalanan selama 20 menit dengan kendaraan roda dua atau roda empat.

Kampung Adat Tutubhada berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 200 x 25 meter persegi dengan penataan kampung berbentuk persegi panjang.

Bangunan rumah berjejer dipinggir dan menghadap ke tengah.

Kampung ini membentang dari utara ke selatan dengan rumah utama berdiri di sisi utara.

Di depannya terdapat makam leluhur, yakni Jogo Sela dan Amerae.

Pengelolaannya sendiri dilakukan langsung oleh masyarakat adat setempat.

Sebagian besar rumah adat yang biasa di sebut masyarakat daerah yaitu Rumah Adat Soa Waja ji Vao dibangun menggunakan bahan kayu dan bambu, kemudian atapnya terbuat dari bahan ilalang kering.

Beberapa benda pusaka masih tersimpan dengan baik di sini, seperti meriam, senapan, dan tombak dan Kamukeo.

Selain benda bersejarah tersebut, kampung ini juga mewariskan atraksi budaya yang sangat unik yaitu Tinju Adat atau biasa disebut ‘Etu’.

Dan terdapat beberapa perayaan adat yaitu tandak, potong gigi, masak nasi bambu dan semua megiatan ini masih rutin dilakukan sampai saat ini yang biasanya diselenggarakan setahun sekali.

Terdapat tradisi menenun di Tutubhada yang dilakukan oleh para perempuan.

Hasil tenunan yang berupa syal dengan motif adat setempat menjadi buah tangan favorit wisatawan ketika berkunjung kesini.

Para penenun tergabung dalam sebuah kelompok. Hasil tenunan kelompok mereka dibantu pemasarannya oleh Badan Usaha Milik Desa sebagai upaya pengembangan potensi Kampung Tutubhada.

Baca Juga :  'Back to Nature', Tanaman Herbal Tingkatkan Imun Tubuh

Berdasarkan cerita warga setempat yang merupakan cerita turun temurun, nama Tutubhada sendiri berasal dari dua suku kata yakni Tutu yang bermakna ‘Dada’ dan Bhada yang artinya ‘Kerbau’.

Alkisah, dalam sebuah pengembaraan, terjadi pertemuan antara Ebu Jogo Sela (Mosalaki) dan orang Gowa yang berasal dari Sulawesi Selatan didekat area kampung saat ini.

Dari perbincangan mereka, Ebu Jogo Sela disarankan untuk membangun area tersebut karena dianggap strategis.

Jadilah mereka berdua saling membantu membangun kampung secara bersama.

Sembari membangun, tempat ini juga dijadikan sebagai peternakan kerbau oleh Ebu Jogo Sela.

Ketika beberapa kerbau main dikubangan, tampak salah satu induk yang sangat besar sampai dada kerbau tersebut menyentuh tanah.

Ebu Jogo Sela terkesan dan menamai kampung yang dibangunnya bersama orang dari Gowa tersebut dari apa yang dilihatnya yakni Tutubhada.

Pulau Flores memiliki keunikan luarbiasa yang selalu membuat kita terkesan dan takjub. Terkhusus Kabupaten Nagekeo.

Butuh banyak waktu untuk bisa menjelajahi Flores lebih jauhBanyak sekali hal menarik yang memberi kita pelajaran berharga. (*/MNN/Sarah/red)