Tokek dan Mitos yang Berkembang Seputar Kehidupannya

Khasanah & Ragam Budaya

LAMPUNG UTARA (RNSI/SMSI) – Tokek merupakan jenis hewan nocturnal (aktif di malam hari) dan jenis cicak berukuran besar. Sangking besarnya, ukuran dewasa tokek bisa mencapai 15 cm lebih.

Reptil dalam suku Gekkonidae ini tersebar di berbagai daerah Asia Selatan, Asia Tenggara, Jepang, dan Korea. Bahkan belahan dunia seperti ujung Santa Cruz di Lautan Pasifik pun ada.

Dirangkum dari berbagai sumber, ada banyak jenis tokek yang hidup di berbagai belahan dunia, yakni tokek rumah, tokek hutan, tokek bergaris, gekko badenii, gekko japonicus, dan gekko verreauxi.

Namun jenis tokek yang kerap kali dijumpai biasanya tidak jauh dari tokek rumah atau tokek Jepang.

Pada dasarnya, sebagian besar dari jenis tokek merupakan binatang yang aktif di malam hari.

Keberadaannya kini terbilang langka meski cukup mudah untuk mengetahui dimana tokek hidup dan bersembunyi, yakni dari suaranya yang nyaring, dengan ciri khas bunyi ‘tok-keeeek’-nya.

Di Indonesia, tokek kerap dihubung-hubungkan mitos kuno dan keyakinan kebudayaan tertentu. Mendengar suara tokek, seringkali diartikan memiliki petanda khusus.

Mulai dari pembawa keberuntungan, pertanda makhluk halus, sampai dengan sinyal akan adanya musibah pun marabahaya.

Tokek disebut sebagai binatang spesial. Selain karena khasiat empedu dan air liurnya yang bisa membantu menyehatkan tubuh manusia, ternyata sejumlah kalangan masyarakat di Indonesia mempercayaii tokek menyimpan banyak misteri dari suaranya.

Keberadaan dan suaranya sering disangkutpautkan dengan hal-hal mistis. Dikutip dari 99.co, berikut mitos suara tokek yang melegenda di Indonesia.

1. Bisa Meramal Masa Depan

Mitos suara tokek yang paling dikenal warga Indonesia adalah kebisaannya untuk meramal masa depan.

Tokek mengeluarkan bunyi lebih dari 3 kali. Suara inilah yang digunakan orang zaman dahulu untuk menebak masa depan.

Masyarakat kuno mencari jawaban dari kebimbangan suatu persoalan pada suara tokek yang kedua. Dengan cara menghitung kata ‘ya’ dan ‘tidak’ di setiap bunyinya.

Baca Juga :  Pulau Penyu di Berau Penuh Sampah Luar Negeri, Membunuh Secara Perlahan

Jawaban dari kebimbangan itu konon bisa ditentukan dari kapan suara tokek berhenti, pada kata ‘ya’ atau ‘tidak’.

2. Menandakan Keberadaan Makhluk Halus

Selain dapat meramal masa depan, mitos suara tokek lainnya adalah pertanda kehadiran makhluk halus.

Mitos ini merupakan salah satu dari banyak mitos binatang yang masih dipercayai sampai sekarang.

Perhatikan juga jarak suaranya. Apabila suara tokek terdengar dekat, tandanya makhluk astral berada lumayan jauh.

3. Penolak Bala

Percaya atau tidak, di desa-desa kecil, tokek diagung-agungkan sebagai hewan penolak bala.

Bagi yang mempelajari dan mempercayai ilmu hitam, tokek merupakan musuh besarnya.

Suara tokek dan keberadaannya dapat menangkis semua ‘kiriman’ jahat untuk masuk ke dalam rumah.

Itulah mengapa bila reptil besar ini bersuara sangat kencang. Orang-orang yang mempercayai mitos suara tokek tersebut tidak pernah mengusirnya.

Malahan, mereka membiarkan si tokek untuk terus berbunyi. Suara tokek yang lantang dipercaya sebagai tanda bahwa ia sedang bekerja menangkal bala.

4. Pembawa Keberuntungan

Selain menjadi hewan penolak bala, tokek juga dirumorkan bisa membawa keberuntungan.

Faktor kelangkaan menjadi salah satu alasan pendukung mengapa hewan ini ditafsir sebagai simbol pembawa untung.

5. Tokek Besar Peliharaan Dukun

Tidak hanya mitos suara tokek yang dipercayai warga. Mitos lainnya seputar tokek juga masih beredar dan ditakuti banyak orang.

Mitos tokek berikutnya adalah rumor bahwa binatang ini merupakan peliharaan dukun atau orang sakti.

Menurut cerita masyarakat, tokek berukuran besar ada penunggunya. Jika melihat tokek dengan panjang lebih dari 15 cm, itu tandanya tokek tersebut adalah peliharaan orang sakti.

Tokek yang ditemukan tidak sendiri. Ia sedang ditemani oleh makhluk astral.dan sedang berkeliaran menurut perintah yang punya.

Baca Juga :  Indonesia Kaya Tanaman Anggrek, Menengok Konservasi Griya Anggrek Kebun Raya Bogor

6. Gigitan Tokek Tidak Pernah Lepas

Gigitan tokek memang tidak berbahaya. Tokek tidak memiliki racun mematikan yang terkandung dalam air liur atau giginya.

Tapi tahukah kalau sekali tokek menggigit, ia tidak akan melepaskan cengkeraman giginya sampai ada petir menyambar?

Mitos tokek satu ini sampai sekarang belum terbukti kebenarannya. Tapi, inilah alasan kebanyakan orang menghindari gigitan tokek.

Bukan karena sakit atau takut beracun, tapi karena khawatir tidak akan lepas. Setelah lepas pun, bekas gigitannya dapat membengkak dan terasa gatal.

Mitos-mitos itu yang kemudian menjadi alasan banyak orang berusaha mencari dan memelihara tokek untuk meramal masa depan.

Harga Tokek Mahal?

Apabila sudah familiar dengan budidaya tokek, pastinya tahu, dong, tentang kabar harganya yang selangit?

Ya, tokek memang dijual dengan harga yang tinggi bahkan terbilang fantastis.

Informasi yang beredar, tokek disebut-sebut mampu mengobati penyakit akut, seperti gagal ginjal, HIV / AIDS.

Penyakit-penyakit di atas menyerang organ inti tubuh manusia dan tokek bisa menjadi solusi utamanya.

Bagian dari tokek yang dapat mengobati penyakit akut adalah air liur dan empedunya. Kedua bahan ramuan obat ini susah sekali didapatkan.

Di pasaran luas, harga tokek dengan berat kurang dari 1,5 ons dipatok kurang lebih Rp200 sampai Rp300 ribu rupiah.

Sementara tokek yang sudah besar, dan beratnya mencapai 4 ons bisa berharga ratusan juta! Kalau dikilo, harga tokek bahkan bisa sampai Rp300 juta rupiah.

Walaupun tidak begitu berbahaya dan masih tergolong tidak beracun, air liur tokek mengandung bakteri Salmonella.

Fakta ini sudah dibuktikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Laporan CDC mengatakan, dari seluruh negara dengan habitat tokek terbanyak, ada 16 negara yang paling sering tertular virus Salmonella.

Baca Juga :  Reboisasi Tanaman Pohon Keras Cegah Erosi dan Jaga Cadangan Air

Virus ini ditularkan oleh tokek yang sedang sakit dan terkena infeksi. Seorang pemelihara tokek dapat tertular apabila melakukan kontak langsung dengan air liurnya.

Usia yang rentan tertular penyakit dan virus ini adalah 1 sampai 57 tahun. Agar terhindar dari virus Salmonella, para pemilik tokek disarankan untuk memeriksakan binatang peliharaan mereka secara rutin.

Mitos Suara Tokek di Bali

Dikutip dari suar.grid.id, bagi masyarakat Bali mitos suara tokek ini memiliki arti yang sedikit berbeda dari mitos yang ada di kalangan masyarakat Jawa.

Kalau suara tokek ini ganjil maka artinya malah pertanda baik. Sedangkan kalau suara tokek ini genap, maka artinya malah buruk.

Berikut ini beberapa arti lengkapnya:

– Berbunyi 1 kali, Sida Karya artinya sukses dalam pekerjaan.

– Berbunyi 2 kali, Nemu Asih artinya saling mengasihi.

– Berbunyi 3 kali, Suwung Kepanggih artinya menemui kesepian.

– Berbunyi 4 kali, Menemuredut artinya saling mendapatkan kesusahan.

– Berbunyi 5 kali, Sangging Suka artinya mendapatkan kebahagiaan.

– Berbunyi 6 kali, Sengkala Gering artinya malapetaka.

– Berbunyi 7 kali, Nemu Ayu artinya mendapatkan kebaikan.

– Berbunyi 8 kali, Ala Gering artinya mendapatkan keburukan.

– Berbunyi 9 kali, Sengsara Bara artinya sengsara yang tidak berkesudahan.

– Berbunyi 10 kali, Wiryaguna artinya menjadi sangat berguna.

– Berbunyi 11 kali, Kirang Sekaya artinya kekurangan harta.

– Berbunyi 12 kali, Meweh Kepanggih artinya bertemu kesusahan.

– Berbunyi 13 kali, Laba Bhukti artinya mendapatkan keuntungan.

– Berbunyi 14 kali, Setata Uyut artinya selalu ribut.

– Berbunyi 15 kali, Ala Dahat artinya buruk sekali. (99.co/suar.grid.id/red)

Catatan redaksi RNSI : artikel ini hanya bersifat hiburan dan informasi ringan semata. Tidak bermaksud untuk mengarahkan pembaca mempercayai sepenuhnya isi dan maksud dari tulisan.