172 Tahun Menghilang, Pelanduk Kalimantan Kembali Menampakkan Diri 

Khasanah & Ragam Budaya

JAKARTA (RNSI/SMSI) – Burung Pelanduk Kalimantan, salah satu burung langka yang sebelumnya dinyatakan hilang selama tak kurang 172 tahun, ditemukan kembali.

 

Seperti disampaikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Pertama Balai TN Sebangau, Teguh Willy Nugroho, mengatakan, burung tersebut tampak ditemukan pada 5 Oktober 2020 lalu.

 

“Cerita bermula ketika pada 5 Okorber 2020 lalu, Mas Suranto, rekan kami yang ada di Kalimantan Selatan, menemukan burung yang tak biasa,” ujar Teguh dalam webinar yang diselenggarakan KLHK, Selasa kemarin, 2 Maret 2021, yang dikutip dari cnnindonesia.com, Kamis, 4 Maret 2021.

 

Dalam webinar itu, Teguh menuturkan ‘burung tak biasa’ adalah istilah bagi burung yang belum pernah dilihat sebelumnya.

 

Meski demikian, anggota diskusi tidak menemukan satu pun literatur yang cocok dengan burung yang ditemukan oleh Suranto. Bahkan, dia berkata forum sempat mengira bahwa Pelanduk Kalimantan merupakan spesies baru.

 

Namun, spekulasi yang berkembang saat itu, sontak berubah setelah berkomunikasi dengan peneliti LIPI, Mohammad Irham. Kepada Teguh dkk, Irham menduga kuat bahwa ‘burung tak biasa’ itu adalah keluarga Malacopteron atau Pelanduk.

 

“Tapi belum diketahui juga jenis pastinya. Di sini kami semakin tergugah apakah benar ini burung new species atau burung lain,” ujarnya.

 

Lima hari setelah penemuan, seorang pengamat burung mencurigai bahwa ‘burung tak biasa’ itu adalah Pelanduk Kalimantan. Kecurigaan itu muncul setelah mengamati lebih detil ciri-ciri dari ‘burung tak biasa’ itu.

 

Lebih jauh Teguh menyebut literatur mengenai Pelanduk Kalimantan menunjukkan bahwa ‘burung tak biasa’ itu bukan Pelanduk Kalimantan, bila dilihat dari pola warna kaki, paruh, maupun mata.

Baca Juga :  Neanderthal dan Manusia Modern Miliki Kemampuan Pendengaran dan Bicara yang Serupa

 

Berdasarkan keyakinan, Teguh dkk kemudian membuat jurnal untuk menginformasikan burung yang disinyalir merupakan Pelanduk Kalimantan. Proses pembuatan jurnal dibantu oleh pakar Birdlife, Yong Ding Li.

 

“Dalam proses yang panjang ada pembenahan, kemudian dirilislah (jurnal) pada 25 Feburari 2021,” ujar Teguh.

 

Teguh membeberkan Pelanduk Kalimantan adalah burung pengicau endemik Kalimantan. Status konservasi burung itu sempat dinyatakan rentan hingga kurang data oleh IUCN.

 

Berdasarkan riset yang ada, Teguh menyebut burung itu termasuk misterius. Sebab, kebiasaan dan pola penyebaran burung itu tidak diketahui. Ada beberapa pakar menyatakan Pelanduk Kalimantan merupakan Pelanduk Alas.

 

Literatur lain menyebutkan, lanjut dia, Pelanduk Kalimantan merupakan salah satu teka-teki besar ilmu burung Indonesia. Spesimen burung itu diketahui hanya ada satu dan dikumpulkan pada tahun 1840-an.

 

Pelanduk Kalimantan berukuran 15-16 cm. Habitat aslinya diketahui hidup di dataran rendah dan endemik Banjarmasin, Kalsel. (cnn/jps/eks/red)