Ngaku Wartawan, Berita Copy Paste

Opini & Puisi

Ditulis oleh : Febry Handoko

 

Seiring berkembangnya zaman,  media online pun mulai bertebaran bak jamur dimusim penghujan, media massa di Indonesia membawa dampak tersendiri bagi profesi wartawan.

 

Sebagai profesi yang independen, membutuhkan keahlian dalam menuangkan informasi, data, dan harus memiliki analisa.

 

Wartawan saat ini dituntut lebih profesional dan berkualitas dalam bekerja di ke jurnalistikan nya.

 

Namun tidak jarang, ada saja oknum yang menyebut dirinya wartawan, tapi masih belum memenuhi kualifikasi sebagai jurnalis, sering melakukan flagiat atau copy paste karya orang lain.

 

Keberadaan wartawan yang tidak dibekali kualitas memadai ini, sejatinya tidak akan pernah eksis menjadi seorang wartawan.

 

Jika pimpinan media tempat yang bersangkutan bekerja menerapkan seleksi ketat dalam rekrutmen wartawan serta benar-benar menyeleksi setiap karya atau berita yang dikirimkan para wartawannya, tentu media ini akan lebih berkualitas dan bisa masuk sebagai profesi yang mulia.

 

Namun sayangnya, tidak semua media berkeinginan mendidik para wartawannya menjadi seorang jurnalis handal, bermoral, dan berkualitas. Banyak media yang melakukan pembiaran wartawannya melakukan flagiat dan copy paste.

 

Masih banyak media, yang sepertinya sengaja ‘memelihara’ oknum wartawan ‘nakal’ dan membiarkan melakukan ‘copy paste’ tulisan karya media lain.

 

Sangat tidak berkualitas, kartu pers, tanpa karya, flagiat hanya sebagai ujung tombak untuk menakut-nakuti oknum pejabat yang ditengarai memiliki segudang masalah.

 

Sudah sepantasnya, stakeholder terkait membina, menjaring para wartawan yang melakukan tugas jurnalistik di setiap instansi. Masih ada, karya copy paste yang dibayarkan oleh pihak humas pemda, narasumber kepada ‘warcote’ alias wartawan copy paste.

 

Tanpa kepiawaian menelisik berita dan menulisnya secara lugas dan cerdas, apakah ini yang berkualitas? (**)

Loading

Baca Juga :  CORONA YANG MENCEMASKAN