Tabir Rahasia
( Tragedi Sriwijaya Air)
Lalu tangis
Pecah kan duka
Di sesak rasa
Pada air mata
Pada jiwa jiwa yang fana
Pada janji menuju senja
Lalu luka
Pada akhir kenang
Hiasan tawa ceria
Lambaian lambaian lugu
Anak anak yang bahkan belom mengerti arti dosa
Adalah senyum penghantar pisah menuju arah dan tak kembali
Penuhi janji di jalan tragedi
Lalu jiwa jiwa yang begitu suci
Dengan tatap binar mata tak mengerti
Yang belum puas menatap matahari
Pun harus kembali seperti telah di janji
Dari bumi yang begitu kotor dari telapak kakinya yang suci
Lalu dari kami
Adalah air mata dan tetesan tetesan do’a dari jiwa
Kepada yang pergi meninggalkan duka
Tanpa kata
Tanpa kata kata
Berisyarat tanda terbang menuju langit selamanya
Hingga sampai pada keabadian
Lalu luka
Kan kekal menjadi luka
Lalu airmata
Kan terus beriring do’a
Lalu rahasia kan sejati menjadi rahasia
Jalan kembali
Penuhi panggilan ILLAHI
Dabo Singkep, 09 Junuari 21
Seuntai Rindu pada Ibu
Diujung malam
Disisa sisa hari Desember yang basah
Aku merangkai kata melarungkan do’a
Akan singgasana bertahta berlian
Di Istana termegah firdausMU
Untuk surya kehidupanku
Diujung malam
Dalam simpuh keheningan sunyi
adalahBulir bulir airmata
Sesak Mengalir dalam isak
Tak cukup selaut rindu
Tak cukup selangit bintang
Kala mohonku tertumpah
Pada sujud dan airmata
Bagimu sandaran kegalauan
Nur batin kehidupan
Meremas gundah dilenguh jiwa
Menoreh luka
Membadai rasa
maknai arti sebenar kehilangan hakiki
Ya Rabb
Akankah bait bait do’a ini
Kan tiba dilangit lazuardi
Sebagai
Penawar kerinduan hamba
Pada getar nadi
Pada nafas kehidupan
Pada dekap haribaan
Belaianmu ibu
Ya Rabb
Akankah bait bait do’a ini
Menjadi titian gulana hati
Kepada cahaya kehidupan
Pada istirah tetakhir
Keabadian kasih ibu
Dalam dada yg membadai resah dan hampa
Membungkah rindu dihati sunyi
Meratapi kehilangan pasti
Tak lagi kan kembali
Dalam hening berselerak luka
Aku tersungkur dalam do’a dan airmata
Ibu
Diujung malam
Ada rindu yang tak pernah terurai
Ada resah tak kunjung usai
Dalam pasrah bathin tersadai
Pada sesal berderai kulai
Dabo Singkep, 22 12 2020
Taubat
Dalam resah
Aku tergugu
Diatas sajadah
Menangis rindu
Bersujud pasrah
Tersungkur bermunajat
Kehadirat Mu
Renungi masa dilelah langkah
Mengarung hidup berpaling arah
Dilalai waktu
Tak bertuju
Dalam tertatih aku merintih
Dalam sesak aku merangkak
Dalam serak aku berteriak
Aku disini
Aku disini, TUHAN
Aku disini
Adalah pecundang
yang ingin pulang
TUHAN
Disunyi malam yang diam
Di sisa langkah penghujung waktu
Aku kembali
Aku kembali, ya RABB
Aku kembali
Menapak
Ke jalan MU
Dabo singkep, 12 Oktober 2020
• Syaufi Anwar Sabran terlahir di Tanjungpinang pada 16 Maret 1962. Kini dirinya berdomisili di Dabosingkep dan tergabung dalam Komunitas Sastra Dilaut Dabosingkep.
Karya-karyanya pernah termuat dalam Antalogi bersama, diantaranya :
1. Pasaman dalam puisi
2. Jazirah 6
3. Berbisik pada Dunia
4. Sapardi Dalam Kenangan, dan lainnya.