Pererat Hubungan Bilateral, Indonesia-Australia Jajaki Kolaborasi Ekonomi Digital

Nasional

AUSTRALIA (RNSI/SMSI) – Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Perth gelar forum Roundtable on Digital Economy, Senin lalu, 30 Mei 2022.

Forum ini juga merupakan salah satu agenda kegiatan First Offical Visit Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Australia, Siswo Pramono ke negara bagian Australia Barat.

Tujuannya mempererat kolaborasi pelaku ekonomi digital di Indonesia dan Australia Barat.

Dilansir melalui laman resmi kemlu.go.id, Kamis, 2 Juni 2022, dengan adanya kegiatan ini diharapkan memberikan deskripsi kepada stakeholders di kedua negara terkait tantangan dan kesempatan di bidang digital ekonomi yang akan mempererat hubungan bilateral kedua negara.

“Digital ekonomi berpotensi menjadi instrument yang efektif dalam menjembatani dan menerjemahkan hubungan bilateral Indonesia dan Australia pada sektor perdagangan khususnya yang berbasis digital”, urai Dubes Siswo Pramono, dalam pidato yang disampaikan.

Dirinya juga menekankan, Indonesia memiliki kekuatan ekonomi digital yang masif dan diperkirakan akan bernilai USD 125 miliar pada tahun 2025.

Hal ini didukung oleh penetrasi internet yang tinggi, anak muda yang melek teknologi, dan populasi/konsumen yang tinggi, sehingga memungkinkan pesatnya perkembangan platform e-commerce.

Sektor ekonomi digital, lanjut Siswo, juga telah menjadi salah satu pendukung utama (key enablers) dalam pemulihan pandemi Covid-19, terutama bagi UMKM Indonesia.

“Low hanging fruits yang bisa disasar dalam waktu dekat adalah pemanfaatan teknologi digital untuk peningkatan keahlian sumber daya manusia dan sinergi bersama untuk cross-border payment system,” tutur Dubes yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri ini.

Dalam pemaparannya, para narasumber menyampaikan bahwa dalam membangun pondasinya sebagai perusahaan digital, start-up perlu mengenali kekuatan bukan hanya dirinya, namun masyarakat tempat ia tumbuh, pasar tempat ia eksis dan berkiprah, dan tak kalah penting pula, mitra-mitranya termasuk dalam konteks B2B bilateral Indonesia-Australia.

Baca Juga :  Jokowi : Awak Media Patut Divaksinasi Covid-19 Kerap Berinteraksi dengan Publik

Perbedaan karakteristik geografis, sosiologis, dan demografis di antara Indonesia dan WA juga sebenarnya dapat menjadi peluang kerjasama, misalnya perusahaan jasa logistik seperti Andalin (untuk konteks perdagangan global dan regional), serta GoTo (untuk door to door logistics) yang telah berpengalaman melayani pasar dengan wilayah seluas dan masyarakat sebanyak Indonesia.

Hal ini kiranya dapat diaplikasikan secara keratif untuk disesuaikan dengan konteks Australia Barat yang memiliki luas wilayah sangat besar namun dengan kepadatan penduduk sangat rendah.

Menutup diskusi tersebut, Konjen RI Perth, Listiana Operananta, menyampaikan, ekonomi digital berkembang secara eksponensial ke semua aspek industri dan kehidupan sehari-hari.

“Tentu ini menuntut penggiat bisnis Indonesia maupun Australia agar gesit dalam menghadapi disrupsi dan menciptakan model bisnis baru pada era new normal secara berkelanjutan dan inklusif,” papar Listiana.

Konjen Listi berharap hasil diskusi dari Roundtable on Digital Economy mampu menjawab perubahan pada perilaku pasar dan mengidentifikasi tantangan persaingan di ekonomi digital yang sangat dinamis serta kolaborasi dan kerjasama yang dapat dijajaki antara pelaku digital ekonomi di Indonesia dan Australia Barat.

Dalam forum itu menghadirkan narasumber, yakni Greg Riebe (Co-founder, Chair of Industry Development) Perth Angels; Matt Lewis (Manager Trade, Tourism, Innovation & Creative Industries) Southwest Development Commision; Budi Gandasoebrata CCO GoTo; dan Saut Tambunan (Co-founder dan COO) Andalin, dengan Brad Cunningham (Director of Strategy & Growth Yappi Group) selaku moderator.

Kegiatan ini dihadiri 30 peserta in person aktif dan 15 peserta online yang didominasi penggiat bisnis, perwakilan pemerintah dan stakeholders terkait lainnya. (Sumber: KJRI Perth/red)

Foto Utama : ilustrasi ekonomi digital. Foto : net.dok.