Nadikiyang Pun Minak Yang Abung : Kutobumei Bukan Kotabumi Apalagi Koto Bumi!

Khasanah & Ragam Budaya

LAMPUNG UTARA (RNSI/SMSI) – Kotabumi atau Kutobumi berasal dari gabungan kata Kuto yang berarti Pagar dan Kebumian yang berati Pepadun.

Dua kata dimaksud, Pagar Kebumian, bermakna kebumian adalah Bumi atau Pepadun, yang berati memagar kebumian atau Pagar Pepadun.

Jadi Kuto adalah Pagar bukan Kota,

Hal ini berdasarkan keterangan yang didapat dari tokoh adat Kotabumi Tigo Gandung, meliputi Kotabumi Udik, Kotabumi Ilir, dan Kotabumi Tengah.

Dua tokoh adat yang ada di Kabupaten Lampung Utara ini, A. Akuan Abung, SE, gelar Nadikiyang Pun Minak Yang Abung, dan Iwan Setiawan gelar Suttan Rajo Pucak Mergo, menyampaikan penyebutan dan pemaknaan nama daerah Kutobumei atau Kotabumi tersebut saat diwawancarai pada Minggu kemarin, 5 Desember 2021.

Ketua Badan Perwatin Lappung Pepadun Kutobumi Tigo Gandung, A. Akuan Abung, SE, gelar Nadikyang Pun Minak Yang Abung, menyampaikan silsilah Kutobumei atau Kotabumi berasal dari keturunan Kedatuan Ratoe Di Poettjak bukan keturunan Ratu Darah Putih.

“Pepadun tidak mengenal Raja Tunggal melainkan Penyimbang-Penyimbang.

Penyimbang Itulah tutuken (ikutan) atau raja,” kata Nadikyang Pun Minak Yang Abung, saat diwawancarai di Keratun Ratu Di Puttjak.

Ia juga menyebutkan tidak ada sejarah dan legenda ataupun cerita rakyat yang mengatakan adanya Raja Tutur Jimat, Peniakan Dalom.

“Itu mengada-ada saja. Hanya cerita yang tidak sesuai dengan sejarah yang sebenarnya,” terangnya.

Hal ini dikemukakan A. Akuan Abung, SE, menanggapi artikel di poskata.com terkait sejarah Kotabumi, dengan judul artikel ‘Cerita Rakyat dari Daerah Lampung, Asal Mula Kotabumi dan Ulasan Lengkapnya’.

“Artikel itu tidak sesuai dengan sejarah yang sebenarnya,” tegasnya.

Ia juga menguraikan asal-usul nama Kotabumi atau Kutobumei, yakni berasal dari kata Kuto yang bermakna Pagar, dan Kebumian yang berarti Pepadun.

Baca Juga :  Herbalife Berbagi Tips Menjaga Kondisi Saat Puasa

“Dua kata itu digabungkan menjadi Pagar Kebumian, yang berarti memagar kebumian atau Pagar Pepadun. Jadi, penyebutannya Kuto yang bermakna Pagar, bukan Kota.

Dan bukan juga nama seseorang atau nama raja atau nama leluhur. Karena leluhur kami tidak punya nama itu. Kami keturunan dari Ratu Di Puttjak.

Bukan keturunan Kedatuan lain. Dan setiap yang sudah Munggah Bumi itu sudah Penyimbang, Raja Kecil di kebumiannya.

Tapi itu akan mengerucut dari mana dia nyetih. Sekarang di Kotabumi ada 12 suku asal.

Dan semua sejajar. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Berasal dari keturunan Ratu Di Putcak, yaitu keturunan Puyang Minak Trio Diso.

Minak Trio Diso menurunkan Puyang Minak Penatih Tuho (Minak Rajo Dunio), yang mempunyai dua orang anak yaitu Minak Semelasem dan Guyyri Selanguw.

Suku Bumi Agung turunan dari Puyang Minak Semelasem dan Suku Bilik Ghabo, Bilik Libo, Wai Abung glGhabo, Wai Abung Libo, Sukkung Kahhuw / Ngediko Huw Ghabo, Libo Keturunan dari Puyang Guttri Selanguw.

Itulah silsilahnya dari Kutobumei atau saat ini lebih dikenal dengan penyebutan Kotabumi,” bebernya.

Adapun Silsilah atau asal-usul masyakarat adat Kutobumei atau Kotabumi, yakni :

1. Tali Tunggal. (Masih di tepi Bawang Toba.)
2. Roh Tunggal.
3. Sang Bimo Tunggal.
4. Serappuw biso. Puyang dari         2.3.4. (Masih di tepi Sungai      Batang, antara Bukittinggi dan Pagaruyung).
5. Biso Begajah.
6. Putro Guruw.
7. Sang Balai Kuwang. (Masih di tepi Gunung Kerinci.
8. Appuw SeTubuw.
9. Appuw Canggih.
10. Appuw Serutting. (Masih di Rejang Beghak, antara Lebong Tandai dengan Lematang, Bengkulu.)

Selanjutnya silsilah yang bermulanya masyarakat adat yang berawal dan berada di Bukit Pesagi.

Baca Juga :  Perspektif Brahmanik tentang Peristiwa Bubat

Dimulai dengan adanya Kedatuan Ratu Di Putcak sebagai berikut.

11. Sang Begeduh, yakni
Minak Riyo Begeduh/Minak Riyo Mangkubumi (Ratu Di Putcak I. Di sini sudah berada di Canguk Ghatcak.

12. Minak Peduko Begeduh (Ratu Di Putcak II.

13. Unyai/ Nunyai, yakni Minak Trio Diso, dengan turunannya
– Unyi.
– Betan/Subing.
– Uban/Nuban.

14. Minak Rajo Dunio, yakni Minak Penatih Tuho dengan keturunannya
– Keriyo Demung Lattjo.
– Kebahyang.

15. Minak Semelasem dan adiknya Guttey Selanguw.

Puyang berdua inilah yang menurunkan Jimo Kutobumei atau Orang Kotabumi.

Jadi, masyarakat adat Kotabumi itu anak dari Puyang Minak Semelasem dan Guttey Selangew.

Anak keturunan dari Puyang Minak Semelasem itu merupakan Suku Bumiagung.

Anak Keturunan Puyang Guttey Selanguw itu Suku Bilik Libo, Bilik Ghabo, Wai Abung Ghabo, Libo, Suku Ngediko Huw (Sukkung Kahhuw, Ghabo, Libo, Suku Waighaghem Bilik Libo, Ghabo.

Lalu, Suku Lemdalem, Suku Lupat Di Bujung DIBUJUNG.

Demikian silsilah ini diterangkan Ketua Badan Perwatin Lappung Pepadun Kutobumi Tigo Gandung, A. Akuan Abung, SE, gelar Nadikyang Pun Minak Yang Abung. (*/red)