Matahari Berotasikah?

Pendidikan & IPTEK

JAKARTA (RNSI/SMSI) – Bintang terbesar di alam semesta yang juga merupakan pusat tatasurya adalah matahari dan memiliki energi lebih besar dibandingkan benda langit lainnya di tatasurya.

Tarikan gravitasi matahari yang kuat membuat planet-planet kecil, asteroid, komet, dan benda-benda antariksa tertahan di orbit sekitar matahari.

Namun yang menjadi pertanyaan, apakah Matahari juga berotasi?

Secara faktual, matahari memang berotasi atau berputar tetapi memiliki gerakan dengan kecepatan yang jauh lebih lambat daripada Bumi.

Meski begitu, rotasi matahari tidak seperti rotasi Bumi atau rotasi planet-planet lain yang ada di tatasurya ini.

Jika planet Bumi membutuhkan waktu 24 jam untuk melakukan rotasi penuh, maka berbeda dengan matahari.

Sebab, matahari bukanlah benda padat seperti planet, sehingga rotasinya lebih sulit untuk ditentukan.

Menurut Badan antariksa nasional Amerika Serikat (NASA), hal ini dikarenanakan matahari adalah bola gas atau plasma jadi ia tidak harus berotasi secara kaku seperti planet padat dan bulan

Faktanya, gas matahari kita terbagi menjadi zona dan lapisan yang berbeda, dengan masing-masing daerah bintang induk kita bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda.

Dikutip dari kompas.com yang melansir laman resmi Live Science, menguraikan, melalui rotasi matahari atau rata-rata bintang ini berputar pada porosnya adalah setiap 27 hari sekali.

Matahari mengirimkan aliran partikel dan energi yang konstan yang menggerakkan sistem cuaca luar angkasa yang kompleks di dekat Bumi.

Fenomena ini dapat memengaruhi pesawat ruang angkasa dan astronot. NASA telah memilih lima studi konsep misi baru untuk pengembangan lebih lanjut guna mempelajari berbagai aspek sistem dinamis ini.

NASA telah memilih lima studi konsep misi baru untuk pengembangan lebih lanjut guna mempelajari berbagai aspek sistem dinamis ini.

Baca Juga :  Metaverse Bakal Dilabrak Empat Tren Teknologi Baru

Ekuatornya berputar paling cepat dan membutuhkan waktu sekitar 24 hari untuk berputar sedangkan kutubnya membutuhkan waktu lebih dari 30 hari.

Lebih lanjut NASA mengungkapkan bahwa bagian dalam matahari juga berputar lebih cepat daripada lapisan luarnya.

Pusat Tenaga Surya Universitas Stanford, Inggris mengatakan pada tahun 1612 Galileo Galilei melihat sesuatu yang aneh yaitu bintik matahari bergerak melintasi cakram matahari dari waktu ke waktu dan ini mengkonfirmasi terjadinya rotasi pada matahari.

Bahkan saat ini, para peneliti dapat memantau pergerakan dan laju rotasi matahari dengan mengamati aktivitas bintik matahari.

Bintik matahari terjadi ketika plasma matahari berinteraksi dengan medan magnetnya dan dapat menyebabkan semburan matahari dan jenis badai matahari lainnya.

Uniknya, bintik matahari ini adalah area dingin di permukaan matahari, meskipun “dingin” adalah istilah relatif.

Bintik matahari rata-rata sekitar 5.000 hingga 7.500 derajat Fahrenheit (2.760 hingga 4150 derajat Celcius).

Hal ini berbeda dengan daerah sekitar Matahari, yang rata-rata memiliki suhu sekitar 9.900 derajat F (5.480 C). (kompas/dea syifa ananda/red)