Mantan Kakam Binakarya Diduga Gelapkan Iuran Pembangunan Pagar SMPN 1

Lampung Tengah

LAMPUNG TENGAH (RNSI/SMSI) – Ketua Komite SMP Negeri 1, sekaligus mantan Kepala Kampung Binakarya Utama, Kecamatan Putra Rumbia, Lampung Tengah, Mariono, diduga gelapkan dana iuran pembangunan pagar sekolah.

Hal itu terungkap setelah salah satu dari walimurid Kelas lX yang mengatakan bahwa pada tahun 2019 lalu, para wali murid dikumpulkan oleh ketua komite sekolah dalam membahas terkait rencana pembangunan pagar sekolah SMPN 1.

Dimana dari hasil rapat itu diputuskan akan adanya iuran yang diminta kepada masing-masing wali murid kelas lX sebesar Rp.300 ribu.

Namun hingga saat ini, pembangunan pagar sekolah yang dimaksud tidak pernah terealisasi.

“Ya kalau alasan pihak komite pada saat itu untuk pembuatan pagar sekolah. Kalau tidak salah yang diminta iuran hanya murid kelas lX dengan jumlah murid kalau tidak salah 100 murid lebih,” ujar wali murid yang minta identitasnya tidak dipublis kepada awak media ini, Kamis kemarin, 14Juli 2022.

Menurutnya, pada waktu itu, sempat ada pembuatan batako di lokasi sekolah yang rencananya akan dibangun pagar. Tetapi setelah batako itu dibuat, bukannya untuk pembuatan pagar, malah batako itu dibawa oleh ketua komite dengan dalih untuk pembuatan bedah rumah.

“Ya, maksud kami kalau memang pembuatan pagar sekolah itu tidak jadi, kenapa uang iuran itu tidak dikembalikan,” keluhnya.

Terpisah, saat dikonfirmasi terkait hal ini kepada mantan Kakam Mariono, dirinya mengatakan bahwa terkait hal itu dirinya sudah menduganya, dan hal itu ada kaitannya dengan politik Pilkakam yang akan digelar di kampungnya pada bulan Agustus nanti.

Bahkan dirinya membenarkan informasi terkait iuran yang dimaksud dan dia menjelaskan bahwa dana itu sudah ada sebagian yang dikembalikan.

Baca Juga :  Esok, Srikandi Ganjar Pranowo Lampung Gelar Senam Zumba di Lampung Tengah

“Saya tahu darimana sampean dapat informasi itu. Yang jelas, saat ini saya sudah bukan Ketua komite lagi. Dan terkait jumlah anggaran yang terkumpul pada saat itu kurang lebih Rp.35 juta, karena sebagian dana itu kan sudah dibelikan pasir, semen, dan alat untuk pembuatan batako pagar, dan sebagian uang iuran itu sudah kita kembalikan.

Pembatalan pembangunan pagar itu, karena ada isu atau selentingan yang mengatakan bahwa iuran itu dianggap pungli. Itulah sebabnya pembangunan pagar itu dibatalkan,” jelas Mariono. (Ki)