Kajati Lampung Jelajah Wisata Tubaba

Tulang Bawang Barat

TULANGBAWANG BARAT (RNSI/SMSI) – Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Lampung, Heffinur Bersama Bupatu Tulang Bawang Barat (Tubaba) dan Kapolres Tubaba Hadi Saepul Rahman beserta Forkopimda Gowes bareng Menjelajahi sejumlah Icon wisata budaya gagasan unik bupati Tubaba. Sabtu (5/6/2021).

Jelajahi wisata budaya gagasan unik bupati Tulang Bawang Barat (Tubaba), takjub kagum terucapkan Kepala Kejaksaan Tinggi Lampung saat melihat keindahan wisata itu dengan bersepeda bersama rombongan Kejati dan Forkopimda plus Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sabtu (05/6/2021).

Dalam Kegiatan itu juga turut hadir Asisten Intelijen Kejati Lampung Edi Winarko, SH.,MH. Wakil Bupati Tubaba Fauzi Hasan, SE.,MM. Ketua DPRD Tubaba Ponco Nugroho, ST. Dandim 0412/LU Letkol INF Harry Prabowo, SE. Kapolres Tubaba AKBP Hadi Saepul Rahman, S.IK. Kajari Bandar Lampung Hentoro Cahyono, SH.,MH dan Kajari Tuba Diah Ambarwati SH.,MH.

Tampak juga, Danlanud M. Bunyamin Tuba Letkol Nav Yohanas Ridwan, S.T. Pabung Tubaba, Mayor Inf A. Sunarya S.,Sos. Sekdakab Tubaba Novriwan Jaya, SP. Asisten I,II, dan III Pemkab Tubaba, juga seluruh Pejabat teras Pemkab setempat.

Para peserta Gowes tersebut mulai star dari titik Exit pintu Tol Penumangan-Menggala, patung Megou Pak, Simpang 3 panaragan Tiyuh/Desa hingga finish di komplek Uluan Nughik kelurahan Panaragan Jaya. Setibanya di Komplek Uluan Nughik dilanjutkan dengan kegiatan ramah tamah di Cafe rumah adat Baduy sembari menyaksikan persembahan tari Nenemo yang mengandung arti kerja keras, keserasian, keselarasan dan keseimbangan serta keikhlasan bergotong royong.

Setelah itu Bupati bersama Kejati melakukan penyerahan bibit durian musang king, alpukat mentega dan jeruk banjar, kepada sejumlah perwakilan petani di Tubaba. Kemudian,  Kejati dan rombongan Forkopimda meninjau dan berkeliling komplek Uluan Nughik dengan menggunakan kendaraan motor ATV.

Baca Juga :  HKTI Lampung Gelar Musyawarah Provinsi

Pada kesempatan itu Bupati Tubaba Umar Ahmad berkesempatan memaparkan mula terbentuknya kompleks Kota budaya Uluan Nughik dihadapan Kejati, dan peserta Gowes.

Saat pembukaan kawasan Uluan Nughik ini datang 7 orang menghadiahkan satu unit rumah yang diperuntukkan untuk rumah Baduy, itulah yang dijadikan simbol peletakan batu pertama pembangunan kawasan Ini.

Menurutnya, pada waktu itu dirinya mendapat sejumlah kritikan negatif dari beberapa kalangan. Kenapa harus diberi nama Baduy, bukankah ini adalah tanah lampung yang memiliki keagungan, dan keluhuran budaya.

“Karena sering ditanya akhirnya kami menemukan jawaban kenapa diberi nama Baduy di tempat ini. ternyata tempat ini banyak sekali nilai yang tidak lagi berada di tubuh keluarganya jadi nilai-nilai itu hanya ada di ceramah Bupati, ceramah para ustad tapi tidak menjadi perilaku hidup dari warga masyarakat sejatinya. nilai-nilai itu adalah yang diingatkan oleh Baduy kesederhanaan, kesetaraan dan kelestarian,” kata Bupati.

Lanjut bupati, jika ditanya ciri-ciri orang Tubaba itu seperti apa, tentu orang yang memegang teguh prinsip Nenemo bekerja keras, tidak kenal menyerah dan keikhlasan ditambah 3 nilai sederhana, setara dan lestari. “Proses-proses kami membentuk orang dan membangun ruang yang ada di Tubaba, Inilah yang disebut dengan perjalanan pulang ke masa depan,”jelasnya.

Di Kesempatan yang sama Kejati Lampung Dr. Heffinur, SH.,M.Hum mengucapkan apresiasi kepada Bupati atas sambutan dan penyiapan kegiatan gowes bareng hari ini.

“Tahun ini merupakan kali kedua dirinya berkunjung ke Tubaba untuk jelajahi wisata, meskipun dulu mungkin kunjungan kerja sudah pernah bertemu Bupati di Manggala tapi dengan kegiatan ini kumpul bersama suasana menjadi cair dengan kebersamaan,” ucap Kejati.

Kejati menambahkan, saya ucapkan juga terima kasih kepada Kejari Tuba pada hari ini juga semua Pembina hadir. Sebelumnya kita juga sudah berkunjung ke Metro kemudian kita pernah ke Lampung Selatan kemudian juga ke Lampung Timur nanti mungkin ke depan ke Lampung Utara kemudian ke Pringsewu.

Baca Juga :  HUT ke-23, Tiyuh Tunas Asri Gelar Istighatsah dan Shalawat

“Kita berada disini tidak lain dan tidak bukan sebenarnya melaksanakan gowes saja kemudian bagaimana kita bisa mengenalkan Tubaba ini pada khalayak ramai di Lampung dan dengan siapa saja mulai dari destinasinya, adat istiadat dan juga makanan khas rumahan buatan tangan penduduk asli Tubaba,”tutupnya. (Robert)