Ilmuwan Dunia Klaim Pecahkan Misteri Musnahnya Air di Planet Mars

Pendidikan & IPTEK

JAKARTA (RNSI/SMSI) – Sekelompok ilmuwan mengklaim banyak genangan air saat itu terperangkap di bagian kerak permukaan Planet Mars.

 

Air di Palnet Merah itu berbentuk mineral yang terkandung dalam bebatuan di planet tersebut.

 

Dilansir melalui BBC.Inonesia.com, Rabu, 17 Maret 2021, temuan ini telah didiskusikan dalam Konferensi Sains Bulan dan Planet ke-52 dan telah dipublikasi dalam jurnal Science.

 

Penelitian para ilmuwan dimaksud menyebut telah menggunakan metode observasi, termasuk material yang dikumpulkan dari robot penjelajah, pesawat antariksa yang mengorbit di Mars, dan meteorit.

 

Seieing waktu, para peneliti kemudian mengembangkan simulasi komputer untuk mengetahui bagaimana air dari permukaan Mars menghilang.

 

Disebutkan, lebih dari empat miliar tahun lalu, Mars merupakan planet yang hangat dan basah – yang dimungkinkan karena memiliki atmosfer tebal.

 

Air mengalir melewati sungai-sungai, membelah saluran di bebatuan, dan bermuara pada kubah yang terbentuk karena tumbukan meteorit.

 

Planet Merah ini juga menampung cukup air untuk menutupi seluruh permukaannya, di dalam lapisan yang berukuran antara 100 meter hingga 1 kilometer.

 

Sekitar satu miliar tahun kemudian, Mars berubah menjadi planet yang lebih dingin dan sunyi seperti yang diketahui saat ini.

 

“Kita sudah tahu sejak lama, bahwa Mars itu lebih basah dalam sejarah awalnya. Tapi, nasib buruk air yang menyelimutinya menjadi masalah yang terus berlanjut,” kata ahli planet, Dr Peter Grindrod, yang tidak terlibat pada bagian akhir penelitian.

 

Dr Grindrod, yang dikenal sebagai ilmuwan Natural History Museum di London, mengatakan kepada BBC News, pihaknya sudah tahu dari sejumlah penelitian atmosfer Mars, bahwa sejumlah air itu terlepas ke angkasa, dan endapan es yang tersisa dan di bawah permukaan menujukkan pada kita bahwa air juga membeku.

Baca Juga :  Jelang UAS, SMAN 4 Kotabumi Gelar Doa Bersama

 

Terlepas ke Angkasa

 

Bumi memiliki sebuah magnet pelindung atau magnetosphere, yang membantu mencegah atmosfer dari pelepasan. Tapi magnet pelindung Mars itu lemah, dan dapat menyebabkan komponen unsur air bisa menghilang dari planet.

 

Akan tetapi laju hidrogen – salah satu unsur air – yang lepas dari atmosfer saat ini, tak bisa dijadikan bagian dari seluruh cerita mengenai pelepasan air ke angkasa.

 

Jika ini diasumsikan bahwa tingkat kehilangan hidrogen sama dengan di masa lalu,

 

“Ini adalah jumlah kecil dari air yang akan hilang melalui proses pelepasan ini,” kata salah satu penulis kajian ilmiah itu, Eva Linghan Scheller, dari California Institute of Technology (Caltech) di Pasadena.

 

Dengan kata lain, sebagian besar air bermuara ke tempat yang lain. Robot penjelajah terbaru NASA akan mengeksplorasi fitur geologi yang disebut delta.

 

Hasil dari proses pemodelan komputer menunjukkan antara 30% hingga 99% awal air di Mars, masuk ke dalam mineral dan terkubur pada lapisan kerak planet.

 

Penulis lainnya, Prof Bethany Ehlmann, yang juga berasal dari Caltech, menjelaskan, dengan mempelajari data dari misi Mars. Maka semakin jelas bahwa ini sangat umum – dan tidak jarang – untuk menemukan bukti perubahan bentuk air.

 

Dia melanjutkan, ketika kerak mengalami perubahan, ini membutuhkan air – seperti cairan – dan menyimpannya di dalam mineral terhidrasi, yang memiliki kandungan air di dalam struktur sehingga secara efektif terperangkap.

 

Para penulis jurnal itu berpendapat bahwa kebanyakan air ini hilang pada rentang 4.1 hingga 3.7 miliar tahun lalu – sepanjang sejarah Mars yang dikenal sebagai Periode Noachian.

Baca Juga :  USAF akan Hentikan Operasional 421 Unit Pesawat F-15 dan F-16

 

Perubahan Iklim Mars

 

Dr Michael Meyer, ilmuan yang memimpin program eksplorasi Nasa untuk Mars mengatakan, peran menyeluruh dari eksplorasi Mars adalah mengamati air, karena unsur ini memiliki peran penting dalam geologi, perubahan iklim dan kehidupan di planet.

 

“Ini adalah jurnal yang sangat penting untuk memahami berapa banyak air di Mars, bagaimana ini bisa lenyap dan ke mana alirnya sampai hari ini,” ungkapnya.

 

Dr Grindrod menambahkan, apa yang ditunjukkan penelitian ini pada kita bahwa ada banyak air, kemungkinan sebagian besar, yang sebenarnya terperangkap di dalam bebatuan Mars.

 

Proses hidrasi mampu menyimpan volume air yang besar, hingga jumlah yang setara dengan lapisan global sedalam satu kilometer.

 

Meskipun kebanyakan air kemungkinan menghilang setelah sekitar satu hingga setengah miliar tahun setelah Mars terbentuk, kami melihat bukti mineral terhidrasi pada permukaan hari ini, di kawasan seperti Jezero Crater, yang saat ini sedang dieksplorasi oleh robot penjelajah Perseverance.

 

“Iklim awal Mars tetap menjadi satu topik paling penting dalam kajian ilmiah mengenai planet, dan penelitian ini akan membantu kita untuk memahami proses hilangnya air.” tutupnya. (bcnewsindonesia/paul rincon/red)