Karya : Ardiansyah
di sepanjang aliran Way Tebu
mata Pubian menetap
rambut rumput merambat.
: sulur mengikat ke hilir Margakaya.
sepi hutan bambu berlagu
perih bulu sembilu menyatu
berkabar rindu hingga ke tanah melayu
angin yang jahil
serobot ingin menutup hening
Way Tebu gaunnya berkelok dan memanjang
humus-humus tanah yang legam
harumnya tercium di Negeri Belanda
berbekal tembilang dan parang di tangan
batang-batang bambu yang berdarma
di bibir tebing, tumbang jadi hantu
sebentuk asap, hujan yang terlarang
adalah peta bagi peziarah di jalan sunyi
jalan yang menghanguskan seribu bambu
meretaskan tujuh rupa kembang
dan wangi dupa semerbak di sudut Way Tebu
2020
Catatan : puisi ini terpilih dalam antologi ‘Pringsewu Kita’ 2020