Banyak Pejabat Dikabarkan Ritual Khusus di Pasetran Gondo Mayit, Ajukan Permintaan Pada Ratu Pantai Selatan

Khasanah & Ragam Budaya

BLITAR (RNSI/SMSI) – Sebagian masyarakat di Indonesia masih banyak yang dipengaruhi dengan kekuatan mistis dunia supranatural.

Salah satu spot yang kerap dikunjungi, bahkan oleh sejumlah pejabat negeri ini, yakni Pantai Pasir Putih Pasetran Gondo Mayit, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Dikabarkan, di lokasi itu terdapat satu lokasi yang diyakini dapat berjumpa dan mengajukan permintaan kepada Ratu Pantai Selatan.

Tentunya dengan melakukan ritual khusus.

Melalui situs resmi Jawa Pos, yang dilansir pada Minggu, 20 Maret 2022, menuju ke lokasi tersebut membutuhkan waktu tak kurang satu jam perjalanan dari pusat kota Blitar.

Meski memiliki panorama nan indah, namun jalannya berliku dan naik turun. Deburan ombaknya begitu khas dengan pantai selatan.

Tak jauh dari kawasan pantai, ada tempat pertapaan yang dicari banyak orang. Lokasinya di sebuah tebing.

Menuju ke sana harus ekstra hati-hati. Jalannya setapak dan menanjak. Sekitar 100 meter dari pantai.

Tidak ada petunjuk khusus. Yang ada hanya papan berwarna merah. Mereka yang memang mencari petilasan akan paham jika papan itu mengarahkan ke tempat yang dituju.

Bangunan petilasan pun sangat sederhana. Hanya berupa ruang terbuka dengan atap asbes yang ditopang empat pilar dari beton.

Sebuah batu dan kain berwarna kuning berada di sana. Tepat menghadap ke selatan. Batu itulah yang digunakan orang untuk bertapa.

Lokasinya sepi. Namun, aura magis begitu terasa. Ditambah suara deburan ombak yang menghantam karang.

’’Itu dulu digunakan Bung Karno untuk bertemu Bunda Ratu,’’ kata juru kunci Pantai Pasir Putih Pasetran Gondo Mayit, Mbah Sangkrah, (68), kepada wartawan Jawa Pos, sambil menunjuk tempat petilasan.

Dituturkannya, banyak orang yang melakukan ritual di petilasan itu. Mulai dari masyarakat biasa, hingga para pejabat.

Baca Juga :  Perkutut, Burung Klasik Pembawa Berkah?

Permintaan pun beragam. Mulai pangkat hingga soal kesejahteraan hidup.

Mbah Sangkrah pun kerap membantu prosesi acara. Persyaratannya tidak banyak. Cukup membawa dupa dan kembang tujuh rupa.

Kemudian, dilanjutkan dengan prosesi larung. Yang dilarung adalah tumpeng kecil dan telur ayam.

Itu menjadi bentuk rasa syukur sekaligus agar permintaan diterima.

Mbah Sangkrah mengatakan, tak ada syarat tumbal.

“Kalau soal itu, saya tidak tahu. Ritualnya tidak ada yang sampai begitu. Hanya bertapa bersama orang yang ingin bertemu Bunda Ratu. Setelah itu, mereka sendiri yang minta. Istilahnya meminta tetap ke Tuhan, Bunda Ratu hanya perantara,’’ ujarnya.

Pasir Putih Pasetran Gondo Mayit sudah tak asing di masyarakat. Terutama bagi yang ingin bertemu Ratu Pantai Selatan. Mereka juga datang dari mana saja. Termasuk yang berasal dari luar pulau Jawa.

Pendamping yang melakukan ritual juga banyak. Caranya pun berbeda-beda. Hal itu dibenarkan Mbah Sangkrah. Dia menyebut cara ritual menentukan persyaratannya.

’’Ini kan bermula lokasi itu dulu didatangi Bung Karno,’’ kata juru kunci generasi keempat tersebut.

Dia bercerita, Bung Karno pernah bertapa di tempat itu. Tepatnya kapan, dia lupa. Yang jelas, beliau ke sana untuk menenangkan diri. Termasuk meminta wejangan tentang negara ini.

Bukan hanya itu, Supriyadi, pemimpin tentara PETA Blitar, dikabarkan pernah ke sana untuk bertapa. Pasalnya, dia dan Bung Karno memiliki kedekatan.

Sebetulnya ada dua lokasi untuk bertapa. Satunya berada di Pantai Tambak Rejo. Lokasinya sekitar 1 kilometer di sebelah barat Pasir Putih Pasetran Gondo Mayit.

’’Kalau di Pantai Tambak, untuk kegiatan larung 1 Muharam,’’ jelas Mbah Sangkrah.

Petilasan Pasetran Gondo Mayit dulu bentuknya tidak begitu. Ada semacam makam. Namun dibongkar Mbah Sangkrah.

Baca Juga :  Komunitas Grunge Lampung Segera Gelorakan 'Tribute to Nirvana'

Sebab, hal itu menimbulkan salah kaprah. Banyak orang yang datang untuk ziarah. Padahal, itu makam kosong. Hanya sebagai tetenger. Akhirnya dibuatkan batu sebagai penanda.

Nama Gondo Mayit tidak terlepas dari cerita masyarakat.

Kata Mbah Sangkrah, dulu ada jasad atau mayat di pantai tersebut. Tapi, bukan jasad manusia, melainkan dari bangsa jin. Kemudian, beberapa hari hilang begitu saja.

Versi lain, nama Gondo Mayit muncul dari bau kembang atau dupa. Biasanya wewangian itu diletakkan di sisi jenazah atau makam. Nah, wewangian tersebut muncul dari pesarean di atas tebing itu.

Mbah Sangkrah sudah 17 tahun menjadi juru kunci. Sertifikat dari Keraton Yogya juga dia pegang.

Tugasnya menjaga dan bertanggung jawab atas Pantai Pasir Putih Pasetran Gondo Mayit dan Pantai Tambak Rejo. Termasuk mengoordinasi larung pada 1 Muharam.

Dia menegaskan, semua niat dan tujuan ada di setiap orang yang melakukan ritual. Baik permintaan maupun keinginan diserahkan kepada yang meminta. Bunda Ratu hanya menjadi perantara. Selebihnya minta ke Tuhan. Tapi, semua tergantung percaya atau tidaknya. (Jawa Pos/red)