Atasi Backlog MBR, Kementerian PUPR Canangkan Program Sejuta Rumah Layak Huni

Nasional

JAKARTA (RNSI/SMSI) – Dalam hal mengatasi kekurangan perumahan (backlog) bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), Kementerian PUPR genjot pembangunan melalui Program Sejuta Rumah.

Dilansir melalui laman resmi Indonesia.go.id, ini telah dicanangkan Presiden Joko Widodo sejak 2015.

Dan pada tahun anggaran 2021, realisasi dari Program Sejuta Rumah mencapai 1.105.707 unit di seluruh Indonesia.

‘’Program Sejuta Rumah akan tetap dilanjutkan. Karena, rumah merupakan kebutuhan primer masyarakat yang harus terpenuhi,” ungkap Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, dalam keterangan tertulis yang dirilis pada Jumat, 28 Januari 2022.

Di tahun 2022, Basuki optimistis pembangunan perumahan rakyat dapat mencapai lebih dari satu (1) juta unit rumah layak huni.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perumahan di Kementerian PUPR, Iwan Suprijanto, menyatakan, Program Sejuta Rumah merupakan gerakan percepatan dan kolaborasi antara pemerintah dengan para pelaku pembangunan perumahan untuk menyediakan hunian yang layak bagi masyarakat Indonesia.

‘’Capaian itu tak lepas dari dukungan berbagai pemangku kepentingan bidang perumahan atau stakeholder perumahan.

Misalnya, para pengembang perumahan, kalangan perbankan, sektor konstruksi swasta, serta masyarakat di seluruh wilayah Indonesia,” tutur Iwan.

Menurutnya, capaian Program Sejuta Rumah di 2021 menyentuh angka 1.105.707 unit itu, terdiri dari 826.500 unit rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan 279.207 unit rumah non-MBR.

Adapun rincian pada rumah MBR itu dari hasil pembangunan yang dilaksanakan Kementerian PUPR sebanyak 341.868 unit, kementerian/lembaga lainnya 3.080 unit, pemerintah daerah 43.933 unit, pengembang perumahan 419.745 unit, CSR Perumahan 2.270 unit, dan 15.604 unit lainnya oleh swadaya masyarakat.

Pada rumah non-MBR, yang  berasal dari hasil pembangunan oleh pengembang perumahan adalah 244.010 unit dan oleh masyarakat sebanyak 35.197 unit.

Baca Juga :  Dukung Jokowi Tiga Periode, Masinton Pasaribu : Itu Tidak Mengerti Makna Demokrasi dan Keluhuran Reformasi

Persentase rumah MBR ialah 75 persen dan sisanya 25 persen merupakan rumah non-MBR.

‘’Kami harap hasil pembangunan rumah ini bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,  sekaligus mengurangi angka backlog perumahan di Indonesia,” kata Iwan Suprijanto.

Sejak dicanangkan pada 2015 silam, hasil pembangunan rumah di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahunnya.

Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Perumahan mencatat, angka capaian pada 2015 sebanyak 699.700 unit, 2016 sebanyak 805.169 unit, dan pada 2017 sebanyak 904.758 unit.

Berikutnya, pada 2018 realisasi capaiannya 1.132.621 unit.

Lantas, program itu menyentuh puncaknya dengan 1.257.852 unit, lalu menyusut pada tahun pandemi 2020 dengan 965.217 unit rumah.

Di tahun 2021, kembali bangkit dan mencatat hasil 1.105.707 unit.

Dalam hal penyediaan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), pemerintah melalui Kementerian PUPR banyak membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa) dengan tarif yang terjangkau di berbagai kota.

Rusun juga bisa diberikan ke pesantren dan kampus di atas lahan milik lembaga pendidikan itu.

Sepanjang 2021, rusun dan rusunawa yang yang dibangun Kementerian PUPR lebih dari 157 ribu unit hunian.

Melalui Program Sejuta Rumah ini, Kementerian PUPR juga membangun 4.243 unit rumah khusus, yang diberikan untuk korban bencana alam, warga yang direlokasi karena lahan rumahnya dipakai untuk proyek pemerintah, penduduk di perbatasan negara, bahkan ada pula untuk “warga baru” yakni warga eks-Timor Timur (kini Timor Leste) yang mengungsi ke wilayah Indonesia sejak 1999.

Yang jumlahnya cukup besar, pada 2021 itu ialah pembangunan rumah swadaya, program yang sering disebut bedah rumah.

Pekerjaan ini menyasar ke warga prasejahtera yang mendiami rumah sendiri, di atas lahan miliknya, tapi kondisinya tidak layak huni seperti sempit, rombeng, pengap, berlantai tanah, tanpa fasilitas air bersih dan sanitasi, termasuk jamban.

Baca Juga :  Vaksin Sinopharm Menurut Dokter China Tidak Aman ?

Kementerian PUPR memberikan bantuan rata-rata Rp20 juta per unit, dan dibagikan ke seluruh penjuru tanah air.

Pada praktiknya, bantuan itu mendorong semangat gotongroyong di kalangan warga untuk membantu kekurangan material yang ada, hingga bedah rumah dapat  menghasilkan hunian yang layak.

Pada 2021, bedah rumah ini cakupannya sampai 196.603 unit.

Dari backlog (kekurangan rumah) sebanyak 11 juta unit itu, ada di dalamnya 2,3 juta unit rumah tak layak huni, yang banyak terdapat di daerah pedesaan dan  kawasan kumuh perkotaan.

Hampir semua kota besar di Indonesia memiliki daerah kumuh, yang rumah-rumahnya centang perenang, berantakan, sempit, sumpek, pengap, sulit mengakses air bersih, dan miskin sanitasi.

Pada 2022 ini, Kementerian PUPR merencanakan pembangunan rusun dan rusunawa bagi warga miskin perkotaan ini sebagai bagian dari Program Sejuta Rumah.

Pelaksanaan Program Sejuta Rumah itu ternyata bisa menggerakkan perekonomian masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

Properti pun menjadi salah satu leading sector, karena memiliki multiplier effect yang besar dalam menggerakkan lebih dari 140 industri, seperti industri genteng, semen, paku, besi, kayu, kayu lapis, cat, engsel, dan banyak lainnya.

Ketersediaan rumah layak huni juga diharapkan bisa menjaga kesehatan dan produktivitas masyarakat. (Sumber : indonesia.go.id/Putut Trihusodo/red)