Ahli Primata Malaysia Temukan Monyet Hasil Perkawinan Silang Bekantan dengan Lutung Perak?

Khasanah & Ragam Budaya

MALAYSIA (RNSI/SMSI) – Penampakan monyet misterius ditemukan tim peneliti internasional dan ahli primata Malaysia di negara bagian Sabah, Malaysia, beberapa waktu lalu.

Penelitian awal, monyet aneh ini diasumsikan hibrida peranakan dari bekantan [Nasalis larvatus] dan lutung perak [Trachypithecus cristatus].

Dilansir melalui laman mongabay.co.id, monyet itu awalnya terlihat dari foto-foto yang beredar di media sosial dan diperkirakan masih remaja, pada 2017 lalu.

Kemudian, pada 2020 dari sejumlah foto lebih baru mengungkapkan bahwa monyet itu adalah seekor betina dewasa yang mungkin telah memiliki seekor bayi.

Dalam makalah yang diterbitkan di International Journal of Primatology, edisi 26 April 2022, tim peneliti menjelaskan analisis mereka tentang gambar-gambar itu dan sampai pada kesimpulan tentang asal-usul monyet tersebut.

Pada 2017, sejumlah ilmuwan di Malaysia mulai mendengar laporan tentang adanya monyet misterius yang hidup di hutan Sabah, Malaysia, di sepanjang tepi Sungai Kinabatangan.

Ketika itu, monyet tersebut diyakini masih remaja.

Para ilmuwan menduga, beberapa perkawinan antarspesies mungkin telah terjadi, mereka pun mulai mengumpulkan gambar monyet tersebut melalui sosial media.

Sayangnya, karena terkendala pandemi, tim peneliti tidak bisa pergi ke hutan untuk melihat langsung.

Sebaliknya, mereka mempelajari gambar-gambar yang mereka peroleh secara online.

Para peneliti mencatat, monyet itu hidup di wilayah bekantan dan lutung perak berbagi ruang.

Bekantan cukup terkenal dengan hidungnya yang bulat besar dan wajahnya yang berwarna merah muda.

Yang mungkin kurang dikenal adalah lutung perak, atau juga dikenal sebagai monyet daun keperakan.

Jenis ini memiliki hidung yang jauh lebih kecil dan wajah hitam. Kedua jenis monyet tersebut berkerabat jauh dan sangat berbeda ukurannya.

Menurut New England Primate Conservancy, bekantan bisa tumbuh hingga 76 cm dan berat rata-rata 20 hingga 24 kg.

Baca Juga :  Banyak Pejabat Dikabarkan Ritual Khusus di Pasetran Gondo Mayit, Ajukan Permintaan Pada Ratu Pantai Selatan

Sementara lutung perak, hanya tumbuh 56 cm dan beratnya sekitar 6,6 kg.

Kedua spesies monyet itu hidup dalam kelompok yang terdiri dari jantan dominan dan banyak betina serta keturunannya.

Monyet jantan dalam kelompok ini akan pergi begitu mereka dewasa untuk memulai membuat kelompok sendiri atau mengambil alih kelompok lain.

Dari foto-foto yang dikumpulkan, para peneliti menemukan bahwa monyet misterius itu memiliki hidung bulat, tapi tidak sebesar hidung bekantan.

Dia juga memiliki wajah berwarna aneh, tidak merah muda ataupun hitam.

Para peneliti menggambarkannya sebagai berwajah pucat.

Para peneliti menyarankan bahwa terlepas dari perbedaan mereka, tampaknya monyet misterius tersebut adalah persilangan antara bekantan jantan dan lutung betina.

Yang lebih mengejutkan adalah dia tampaknya telah menghasilkan keturunan.

“Dia tampaknya sedang menyusui bayi. Kami semua dibuat kagum,” kata Nadine Ruppert, seorang ahli primata di Universiti Sains Malaysia, dilansir dari Live Science.

Dalam satu foto, dia terlihat menggendong bayi dan payudaranya tampak membesar menandakan dia adalah induknya.

“Kami menyimpulkan dari pengamatan yang dilakukan fotografer bahwa bekantan jantan kawin dengan lutung betina di daerah itu. Ada kelompok campuran, bekantan betina bahkan merawat bayi lutung perak,” kata Ruppert.

Meskipun penemuan monyet misterius itu tampak unik dan menarik, namun ada sisi negatifnya.

Kebanyakan hibrida yang lahir dari spesies berbeda tidak dapat menghasilkan keturunan, sehingga disebut misterius.

Bahkan, jika memiliki keturunan, bayinya akan tumbuh tidak wajar.

Para peneliti berpendapat bahwa kera persilangan kemungkinan muncul karena dua kelompok kera dipaksa masuk ke habitat yang semakin kecil karena pengembangan perkebunan sawit di daerah tersebut.

“Sungguh tragis bahwa kedua spesies sekarang hidup bersama di sisa petak hutan tepi sungai yang sempit yang dikelilingi oleh perkebunan sawit. Mereka bersaing untuk mendapatkan makanan dan kesempatan kawin,” kata Ruppert. (Berbagai sumber/mongabay.co.id/Akhyari Hananto/red)

Baca Juga :  30 Persen Spesies Pohon di Bumi Terancam Punah akibat Penebangan dan Perubahan Iklim